Google Search

Selasa, 11 Oktober 2011


PEMUPUKAN
Pemupukan merupakan Bahan/Unsur-unsur dalam bentuk senyawa Kimia Organik maupun anorganik yang berguna untuk tanah & nutrisi tanaman. Tujuan dari pemupukan itu sendiri adalah mengaplikasikan bahan/unsur-unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman.
Ada 5 (lima) hal penting yang perlu diperhatikan mengenai pemupukan atau yang biasa disebut dengan 5 TEPAT Pemupukan, yakni:

1)      Tepat Jenis è Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yg dibutuhkan tanaman.
2)      Tepat Dosis è Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur hara yg dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
3)      Tepat Waktu è Harus sesuai dgn masa kebutuhan hara pd setiap fase/umur tanaman, dan kondisi iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg baik jika ilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau, (b) pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang)
4)      Tepat Cara è Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat-sifat fisik, kimia tanah, & biologi tanah.
5)      Tepat Sasaran è Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misal; (1) Jika yg ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu. (2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah.
Mengapa perlu melakukan pemupukan? Pertanyaan ini mungkin terdengar sangat sederhana namun patut untuk kita pahami alasannya. Hal ini dikarenakan Produktivitas tanah semakin lama akan semakin menurun, sebagai akibat dari faktor-faktor, seperti:
1.      Usaha budidaya pertanian.
2.      Pengikisan top soil
3.      Pencemaran lingkungan
4.      Bencana alam
5.      Pengaruh Iklim
Jenis Pupuk Yang Dipakai Dalam Kegiatan Pemupukan
Pupuk dalam arti luas, termasuk semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur essensial bagi pertumbuhan tanaman.  Tetapi istilah pupuk biasanya berhubungan dengan pupuk buatan.  Pupuk tidak berisi unsur-unsur hara tanaman dalam bentuk unsur seperti nitrogen, fosfor atau kalium ; tetapi unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk campuran yang memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diadsorbsi tanaman (Foth, 1991).
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan (3) atas dasar susunan kimiawinya yang mempunyai hubungan penting dalam perubahan-perubahan di dalam (Hakim, dkk., 1986).
Paling tidak ada 14 unsur essensial yang diperoleh tanaman dari tanah, yaitu nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), mangan (Mn), besi (Fe), belerang (S), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (B), molybdenum (Mo), dan klor (Cl). Dua dari mereka, kalsium dan magnesium diberikan ke dalam tanah sebagai kapur, terutama di daerah yang kekurangan unsur itu.  Tetapi dari 13 unsur tersebut, nitrogen, fosfor, dan kalium serta Ca yang pengaruhnya paling besar pada tanaman (Soepardi, 1983). Dari ke 14 unsur tersebut, dibagi lagi menjadu dua bagian yaitu unsur hara mikro dan unsur hara makro. Unsur hara mikro meliputi Fe, Mn, Bo, Mo, Co, Zn, dan Cl. Sedangkan unsur hara makro meliputi N, P, K, Mg, Ca, dan S.
Aplikasi penggunaan pupuk dilakukan dengan tiga cara, yaitu pemberian sebelum tanam, pada saat tanam dan setelah tanam.  Pemberian pupuk sebelum tanam meliputi beberapa metode, yaitu broadcast, broadcast incomparation, subsurface band.  Aplikasi pupuk pada saat tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu subsurface band, seed band, dan surface band. Sedangkan aplikasi pupuk setelah tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu top dressing dan side dressing (Sutanto, 2002).
Sebelum melakukan penanaman, tanah yang sudah diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsur hara di dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman.  Sebagai pupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).
1.      Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh jasad.  Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994).  Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu.  Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen.  Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Jumin, 1992).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun.  Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono, 2000).
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan.  Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin.  Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2).  Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang.  Persenyawaan kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan Marsono, 2002).
  Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air).  Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara.  Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka.  Untuk itu, semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar.  Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea berperan dalam pertumbuhan bagian vegetatif tanaman.  Pemberian pupuk urea dalam suatu lahan sebelum penanaman adalah sekitar 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani, 1991).
2.      Phosphor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992).
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4. menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42- (Poerwowidodo, 1992).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim, dkk.,1986).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor akan bereaksi dengan ion besi (Fe)  dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH  tinggi (basa), phospor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan  pH tanah, pemupukan phospor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor dapat berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan  pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu.
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993).
3.      Kalium (K)
Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan oleh  Mulyani (1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad  renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan.
Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).
Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah (Novizan, 2002).
Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium secara fisiologis adalah metabolisme karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air.
Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung, gejalanya daun terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut  (Keriting) dimulai dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).
4.      Belerang (S)
Belerang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit.  Akan tetapi kekurangan belerang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga dan Marsono, 2000).
Gejala tanaman yang kekurangan belerang umumnya tampak pada seluruh daun muda yang berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, sedikit mengkilat agak keputihan, lantas berubah menjadi kuning-kuning hijau.  Jeleknya lagi, tanaman akan tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus (Lingga dan Marsono, 2000).

5.      Karbon, Oksigen, dan Hidrogen
Merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman. Berada dalam bentuk H2O, H2CO3, dan CO2 (dalam udara).
a.       Karbon (C)
Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik
b.      Oksigen (O2)
Terddapat dalam bahan organik sebagai atom dan termaksud membangun bahan organik yang biasa diambil dalam bentuk O2. Sumbernya tidak terbatas dan sangat diperlukan untuk bernapas.
c.       Hidrogen (H2)
Merupakan elemen pokok pembangun bahan organik, supply dari air. Sumbernya tidak terbatas.
6.      Kalsium (Ca)
Termaksud unsur hara yang esensial. Unsur ini diserap dalam bentuk Ca++. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga dalam batang. Berpengaruh baik pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Sumber Ca terutama batu-batu kapur dan sisa-sisa tanaman.
7.      Magnesium (Mg)
Magnesium diserap dalam bentuk Mg++. Merupakan bagian dari klorofil. Jika kekurangan zat ini, tanaman akan mengalami klorosis. Gejalanya akan tampak pada permukaan daun sebelah bawah. Mg merupakan undur yang tidak mobil dalam tanah dan merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic Pyrophosphatse dan Carboxy peptisida. Mg banyak terdapat dalam buah dan juga dalam tanah.
8.      Besi (Fe)
Zat besi penting dalam pembentukan hijau daun atau klorofil. Pembentukan zat karbohidrat, lemak, protein, dan enzim. Jadi jika kekurangan zat ini akan menghambat pertumbuhan klorofil. Zat besi terdapat dalam enzim catalase, peroksidase, prinodic hidrogenase,cytochrom oxidase.
9.      Borium (Bo)
Borium diserap dalam bentuk BO3+ dan berperan dalam pembentukan atau pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk juga dalam pertumbuhan tepung sari, bunga, dan akar. Pada tanaman legum, dalam pembentukan bintil-bintil akar, borium berhubungan erat dengan metabolisme K dan Ca. Unsur-unsur ini dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan kuncup dan pucuk-pucuk yang dapat mematikan. Juga pertumbuhan dalam meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh.pengangkutan makananpun akan terganggu dan juga pembentukan tepung sari akan jelek.
10.  Mangan (Mn)
Diserap oleh tanaman dalam bentuk Mn++. Diperlukan oleh tanamna untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C. Selain itu, dapat mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua. Fungsi dari mangan adalah sebagai enzim Feroksidase dan sebagai aktivator macam-macam enzim. Sangat berhubungan erat dengan reaksi Deoksidase dan Dehidrogenase. Mangan banyak terdapat pada tanaman gadung tersedianya mangan bagi tanaman tergantung pada pH tanah yaitu juka pH rendah, maka mangan akan banyak tersedia.
11.  Tembaga (Cu)
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu++. Tembaga sangat diperlukan dalam pembentukana macam-macam enzim seperti ascorbic acid oxydase, lacosa, dan butirid coenzim A. Dehidrosenam. Jika kekurangan Cu, maka daun menjadi bercoreng-coreng atau belang. Ujung daun memutih. Keadaan demikian lazim disebut penyakit reklamasi. Tembaga mempunyai perasnan penting dalam pembentuikan hijau daun (klorofil). Defisiensi tembaga pada umumnya terjadi pada tanah-tanah gambut.
12.  Seng (Zn)
Diserap dalam bentuk Zn++. Merupakan bagian yang penting dari asam carboxylase, carbonic anhidrosa. Dalam keadaan sangat sedikit dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaan penggunaannya dapat merupakan racun. Persenyawaan Zn berfungsi pula pada pembentukan hormon auxin dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Defisiensi Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat selain itu dapat menghambat pertumbuhan biji. Kekurangan Zn biasa terjadi pada daerah-daerah yang lembab serta pada tanah-tanah yang asam sampai sedikti netral.
13.  Molibdenum (Mo)
Diserap akar tanaman dalam bentuk MoO4 (ion molibdat). Berperan dalam fiksasi N oleh mikroba pada tanaman legum dan sebagai katalisator dalam mereduksi N. Ketersediaan Mo pada tanah dipengaruhi oleh pH. Jika pH rendah, Mo akan kurang.
14.  Klor (Cl)
Cl banyak terdapat pada abu tanaman dan paling banyak pada tanaman yang mengandung banyak serat seperti kapas dan sisal.bagi tanaman yang menghasilkan tepung, Cl memberikan pengaruh jelek terhadap kualitas tepungnya.

Pemupukan Berimbang
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.
Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi, namun sejak sekitar tahun 1996 telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off) sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga efisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih merupakan pilihan  yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu.
Apa keuntungan dari pemupukan berimbang?
Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah.
Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup tinggi, maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan pemborosan. Namun sebaliknya jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang. Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi terhadap pemupukan NPK pada tanah Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya dipupuk urea saja.

  ada tanah Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya dipupuk urea saja.

Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang?
Kandungan zat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda.
Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah.
Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah  dan anjuran pemupukan berimbang?
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Pemeriksaan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah oleh Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani. Untuk itu perlu adanya pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani. Setiap contoh tanah mewakili ± 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup dilakukan sekali tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh tanah yang mewakili luasan 25 ha hanya sekitar Rp 40.000,-.
Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat melalui Dinas Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih pupuk, apakah menggunakan pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun perlu hati-hati dalam memilih jenis pupuk agar petani tidak dirugikan.

Apa itu peta P dan K tanah dan apa kegunaannya?
Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan kalium (K) dalam tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia. hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan kalium (K). Peta tersebut diberi tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah, warna kuning berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan untuk anjuran pemupukan.
Tanah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per ha, yang kadar hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang P-nya tinggi dipupuk dengan 50 kg SP36 per ha. Jadi dosis SP36 untuk lahan sawah berbeda-beda, tergantung kandungan hara P dalam tanah.
Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha, sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha.
Contoh aplikasi pupuk pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Tanaman jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.  Tanah-tanah dengan kandungan unsur hara tinggi, kelembaban yang optimal dan factor-faktor eksternal, seperti curah hujan, dan temperatur yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.) (Palungkun dan Asiani, 1991).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memberikan kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan jagung (Zea mays L.).  Disamping itu, pengolahan tanah juga untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan memberantas atau mencegah pertumbuhan gulma (Palungkun dan Asiani, 1991).
Cara pengolahan untuk tanah berat, yaitu dua kali pembajakan dan satu kali penggaruan, sedangkan untuk tanah ringan cukup sekali pembajakan dan penggaruan.  Selanjutnya dibuat alur-alur untuk pengairan yang lebarnya ± 30 cm dengan kedalaman 20 cm.  jarak tiap-tiap alur 100 – 120 cm (Palungkun dan Asiani, 1991).

Pemberian Pupuk Dasar

Sebelum dilakukan penanaman, tanah yang sudah diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsur hara di dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman.  Sebagai pupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, selain diberi pupuk dasar berupa urea, TSP, dan KCl, juga diberi Furadan 3 G untuk memberantas ulat tanah.  Dosis yang digunakan adalah 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani, 1991).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar